Pengertian Flu
Penyakit flu merupakan penyakit yang umum terjadi dan dapat menyerang siapa saja, baik dewasa maupun anak-anak. Seseorang yang terkena penyakit flu biasanya merasa tidak perlu datang ke dokter dan dapat membeli obat sendiri.
Apalagi, obat flu dijual dengan bebas dan dapat diperoleh tanpa resep dokter. Obat flu tidak hanya dijual di apotek tapi juga di toko obat bahkan di warung dengan berbagai merek. Permasalahan yang sering timbul adalah cara pemilihan obat flu yang tepat. Masyarakat menganggap bahwa semua kandungan obat flu sama, padahal ada beberapa perbedaan.
Oleh karena itu, pada bahasan mengenai obat flu kali ini akan dipaparkan bagaimana cara bijak untuk memilih obat flu sesuai dengan kebutuhan, sehingga walaupun pengobatan dilakukan secara mandiri (swamedikasi), tetap rasional, tepat dan tidak berlebihan.
Sekilas Tentang Penyakit Flu
Flu merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus (coronavirus, influenza virus) pada saluran pernapasan bagian atas. Penularan flu biasanya terjadi melalui kontak dengan sekret mukosa hidung orang yang terkena flu (dengan memegang tangan atau gagang pintu atau gagang telepon yang terkena sekret).
Pada umumnya infeksi dapat sembuh dengan sendirinya dengan meningkatkan daya tahan tubuh melalui istirahat yang cukup, asupan gizi dan banyak minum air. Namun demikian gejala yang ditimbulkan seringkali mengganggu aktivitas.
Untuk meringankan gejala flu dapat dilakukan swamedikasi menggunakan obat bebas yang mengandung satu atau lebih zat yang berkhasiat dekongestan, antihistamin, antipiretik, analgesik, antitusif atau ekspektoran. Pengobatan flu tidak memerlukan antibiotik.
Gejala flu antara lain sebagai berikut :
Sakit tenggorokan yang diikuti oleh hidung tersumbat, berair, bersin dan batuk
Menggigil, sakit kepala, lemas, nyeri otot, dan demam ringan
Gangguan pada hidung terjadi pada hari ke-2 atau ke-3 dan batuk (tidak selalu) muncul pada hari ke-4 atau ke-5
Penanggulangan Flu
Terapi non obat
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa penyakit flu dapat sembuh dengan sendirinya tanpa menggunakan obat. Terapi non obat yang dapat dilakukan untuk meredakan gejala flu diantaranya:
•Peningkatan asupan cairan dengan banyak minum air, teh, sari buah. Asupan cairan dapat mengurangi rasa kering di tenggorokan, mengencerkan dahak dan membantu menurunkan demam.
•Istirahat yang cukup.
•Makan makanan bergizi yaitu makanan dengan kalori dan protein tinggi yang akan menambah daya tahan tubuh. Makan buah-buahan segar yang banyak mengandung vitamin.
•Mandi dengan air hangat dan berkumur dengan air garam.
•Untuk bayi, dapat dilakukan dengan
membersihkan saluran hidung dengan hati-hati. Pada umumnya, anak dengan usia di bawah 4 tahun tidak dapat mengeluarkan sekret (ingus) sendiri, oleh karena itu membutuhkan bantuan untuk membersihkan hidung. Pada bayi, dapat dilakukan irigasi hidung dengan menggunakan tetes larutan garam isotonik.
Terapi Obat
Apabila penyakit flu tidak membaik setelah pemberian terapi non obat, maka disarankan melakukan terapi obat. Obat flu yang dapat diperoleh bebas bisa merupakan sediaan analgetik/antipiretik tunggal atau kombinasi dengan beberapa zat aktif lain, yang termasuk golongan antitusif, ekspektoran, dekongestan, dan antihistamin. Berikut akan dijelaskan kegunaan masing-masing golongan.
1. Analgesik/antipiretik
Antipiretik merupakan obat yang digunakan untuk menurunkan demam dan biasanya juga mempunyai efek pereda nyeri (analgesik). Antipiretik/analgesik yang biasa digunakan dalam pengobatan flu antara lain parasetamol, ibuprofen, dan asetosal. Obat flu umumnya sudah mengandung antipiretik/analgesik sehingga tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi obat antipiretik/analgesik tunggal bersamaan dengan obat flu yang telah mengandung antipiretik/analgesik, misalnya mengkonsumsi tablet parasetamol bersamaan dengan mengkonsumsi obat lain yang mengandung ibuprofen atau asetosal. Oleh karena itu, perhatikan komposisi zat berkhasiat yang terkandung dalam kedua obat tersebut
2. Dekongestan
Dekongestan merupakan obat untuk mengurangi hidung tersumbat. Dekongestan bekerja dengan cara menyempitkan pembuluh darah di daerah hidung sehingga melegakan hidung tersumbat karena pembengkakan mukosa. Obat-obat yang termasuk ke dalam dekongestan antara lain fenil propanol amin (PPA), fenilefrin , pseudoefedrin, dan efedrin.
Hati-hati penggunaan dekongestan pada pasien hipertensi, hipertiroid, penyakit jantung koroner, penyakit iskemia jantung, glaukoma, pembesaran kelenjar prostat, diabetes. Penggunaan pada kondisi tersebut hanya dilakukan atas saran dokter. Sebelum menggunakan obat ini disarankan untuk membaca aturan pemakaian pada kemasan obat terlebih dahulu.
3. Antihistamin
Antihistamin merupakan obat yang digunakan untuk mengobati batuk atau pilek akibat alergi. Obat ini efektif untuk pilek yang disebabkan oleh alergi, namun hanya memiliki sedikit manfaat untuk mengatasi hidung tersumbat. Oleh karena itu, pada beberapa produk antihistamin dikombinasikan dengan dekongestan. Beberapa antihistamin yang dapat diperoleh tanpa resep dokter antara lain klorfeniramin maleat/klorfenon (CTM), prometazin, tripolidin, dan difenhidramin. Obat flu yang mengandung antihistamin dapat menyebabkan mengantuk, oleh karena itu, setelah menggunakan obat flu jangan menjalankan mesin atau mengendarai kendaraan bermotor.
4. Antitusif
Antitusif merupakan obat batuk yang bekerja dengan menekan pusat batuk dan menaikkan ambang rangsang batuk. Zat berkhasiat yang termasuk ke dalam antitusif diantaranya adalah dekstrometorfan HBr, noskapin, dan difenhidramin HCl.
5. Ekspektoran
Ekspektoran juga merupakan obat untuk mengatasi batuk dengan meningkatkan sekresi cairan saluran napas, sehingga mengencerkan dan mempermudah pengeluaran sekret (dahak). Cara menggunakan obat yang tepat adalah di samping menggunakan ekspektoran, minum air dalam jumlah banyak untuk membantu mengencerkan dahak dari saluran napas. Zat berkhasiat yang termasuk ke dalam ekspektoran diantaranya gliseril guaiakolat, amonium klorida, bromheksin, succus liquiritiae.
Hentikan swamedikasi dan konsultasikan segera ke dokter, jika:
Demam masih timbul selama lebih dari 3 hari setelah pengobatan.
Sakit di tenggorokan bertambah parah selama lebih dari 2 hari pengobatan dan diikuti gejala lain seperti demam, sakit kepala, mual dan muntah.
Batuk tidak membaik setelah 7-14 hari mengkonsumsi obat.
Nyeri otot tidak kunjung hilang atau bertambah parah selama 10 hari (dewasa) atau 5 hari (anak-anak) pengobatan.
KESIMPULAN
Penyakit flu merupakan penyakit yang umum terjadi dan dapat sembuh dengan sendirinya. Gejala flu dapat dikurangi dengan terapi non obat seperti minum air putih yang banyak atau istirahat dengan cukup. Namun, apabila setelah dilakukan terapi non obat, gejala flu tersebut tidak kunjung sembuh dan semakin berat, maka disarankan untuk menggunakan terapi obat.
Obat flu pada umumnya mengandung zat aktif golongan antipiretik/analgesik, antitusif, ekspektoran, dekongestan, dan antihistamin. Sebagian produk ada yang mengandung semua zat aktif tersebut atau hanya kombinasi sebagian zat aktif. Sebaiknya jika hendak mengkonsumsi obat flu, perhatikan terlebih dahulu komposisi zat aktif yang terkandung didalamnya dan pastikan bahwa zat aktif yang terkandung sesuai dengan gejala yang dirasakan. Perlu diingat bahwa obat flu hanya meredakan gejala yang timbul dan bukan mengobati, sehingga agar tidak mudah terkena flu disarankan untuk menjaga daya tahan tubuh dengan mengatur pola makan sehat, berolahraga dan istirahat yang cukup.
Pengertian Batuk
Tenggorokan dan paru-paru menghasilkan sedikit lendir atau dahak untuk menjaga kelembapan pada jalan napas. Batuk yang terjadi sesekali tergolong normal, karena membantu menggerakkan dahak yang bertugas menjaga saluran napas agar tetap lembap.
Namun, batuk yang berlangsung selama beberapa minggu dapat menandakan suatu kondisi yang memerlukan pertolongan medis, apalagi jika disertai gejala lain, seperti demam dan dahak berwarna kuning kehijauan atau bercampur darah.
Perlu diketahui, batuk juga dapat menjadi salah satu gejala COVID-19. Jika Anda atau anak Anda mengalami batuk, terutama jika disertai dengan demam, sakit kepala, atau hilang penciuman, segera lakukan pemeriksaan ke dokter untuk memastikan kondisi tersebut.
Klik tautan di bawah ini agar Anda dapat diarahkan ke pemeriksaan COVID-19 terdekat:
•Rapid Test Antibodi
•Swab Antigen (Rapid Test Antigen)
•PCR
Gejala dan Penyebab Batuk
Batuk umumnya disertai dengan gejala lain, seperti pilek atau hidung tersumbat, sakit tenggorokan, mengi, sesak napas, perut mulas, demam, sakit telinga, serta nyeri otot. Berdasarkan lama terjadinya, batuk dapat terjadi kurang dari 3 minggu sampai lebih dari 8 minggu.
Batuk bisa disebabkan oleh infeksi pada saluran pernapasan atas atau saluran pernapasan bawah. Bisa juga karena alergi atau kondisi lain yang terjadi dalam jangka panjang, seperti asma, PPOK, atau bronkitis kronis.
Pengobatan dan Pencegahan Batuk
Selain dengan mengonsumsi obat batuk, ada beberapa upaya mandiri yang bisa dilakukan untuk mengatasi batuk. Caranya adalah dengan beristirahat yang cukup, banyak minum air putih, dan mengonsumsi madu.
Perlu diketahui, batuk paling banyak terjadi akibat infeksi virus. Oleh sebab itu, cara pencegahannya adalah dengan menghindari penularan virus. Selain itu, batuk juga bisa dicegah dengan menerapkan gaya hidup yang sehat.
Batuk juga dapat diredakan dengan menggunakan gliserin, madu dan lemon. Obat batuk juga dapat berisi obat-obatan lain sepeerti parasetamon atau ibuprofen. Beberapa mengandung alkohol.
Bagaimana Obat Batuk Bekerja?
Obat batuk bekerja sesuai dengan fungsi bahan aktifnya masing-masing :
•Antitusif : bekerja untuk meredakan batuk.
•Ekspektoran : bekerja dengan meningkatkan jumlah dahak (lendir) yang dibuat oleh paru-paru sehingga lendir lebih mudah keluar bersama dengan batuk.
•Antihistamin : menurunkan produksi histamin. Hal ini akan mengurangi kebuntuan dan mengurangi jumlah sekresi yang diproduksi oleh paru-paru.
•Dekongestan : pembuluh darah di paru-paru dan hidung dipersempit sehingga dapat menurunkan kebuntuan